TINJAUAN METODE DIAGNOSA BRUCELLOSIS : Complement Fixation Test (CFT)

Kemampuan CFT terutama dalam mendeteksi isotipe antibodi IgG1, sedangkan sebagian dari IgM hancur pada saat dilaksanakannya proses inaktivasi. Karena antibodi tipe IgG1 muncul setelah didahului dengan kemunculan antibodi tipe IgM, pengendalian dan surveilans terbaik dilaksanakan dengan menggunakan metode SAT dan CFT. Uji ini menunjukkan hubungan yang baik dengan diketemukannya organisme Brucella pada hewan yang dimasukkan organisme Brucella kepadanya ataupun pada hewan yang terinfeksi secara alamiah. Walaupun uji dapat dilaksanakan secara cepat dan mampu memberikan hasil yang akurat, namun uji ini tidak mampu membedakan tipe
antibodi akibat infeksi dan tipe antibodi akibat vaksinasi. Kendala lainnya adalah bahwa diperlukan banyak reagen dan kontrol untuk dapat melaksanakan uji ini. Terlebih, setiap kali dilaksanakan pengujian dengan metode ini, dibutuhkan banyak titrasi, dan interpretasi terhadap hasil bersifat subjektif bergantung kepada teknik. Sesekali, terdapat aktivasi langsung komplemen oleh serum (aktivitas anti komplementer) dan ketidakmampuan uji ini untuk memberikan hasil dari serum yang sudah mengalami hemolisis. Negara berkembang sulit untuk menerap uji ini dikarenakan kondisi prasyarat laboratoium dan kemampuan laboran yang harus dipenuhi agar dapat bekerja melaksanakan pengujian dan memberikan hasil yang valid. CFT juga dapat digunakan untuk menguji suatu hasil positif palsu, ketika antibodi IgG2 menghambat terjadinya fiksasi komplemen. Meskipun melekat beberapa masalah tadi, CFT adalah uji yang digunakan secara luas dan telah dianggap sebagai yang paling spesifik dan merupakan uji serologis yang diterima untuk mendiagnosa Brucellosis. Dengan demikian, CFT adalah uji yang direkomendasikan untuk diterapkan pada perdagangan internasional