Kucing : Abnormalitas Kebuntingan



 eclampsia  

Eclampsia atau hypokalsemia sering terjadi pada kucing yang melakukan laktasi pada anak kucing dalam jumlah banyak dan pernah juga terjadi pada kucing bunting 3-17 hari sebelum partus. Tidak ada korelasi antara diet dengan terjadi eclampsia. Gejala dari eclampsia tidak spesifik meliputi kelesuan, anoraksia, faskulisasi dan tremor pada otot, dehydrasi, kelelahan, kepucatan, hypothermia, dyspnea dan atau tachypnea dan bradicardia. Diagnosa dapat dilakukan dengan melihat adanya abnormalitas dari kadar kalsium dalam darah yang rendah. Hal itu menyebabkan adanya gangguan pada kucing terutama dalam hal pengaturan kalsium dalam darah sehingga kucing perlu mendapatkan tambahan kalsium secara per oral selama satu bulan setalah partus.




 kebuntingan ectopic 

Kebuntingan ectopic terjadi karena perkembangan satu atau beberapa fetus diluar uterus. Pada kebuntingan ectopic primer perkembangan zigot yang meliputi fase embrionik dan fase fetus berada di luar uterus. Pada kebuntingan ectopic sekunder terjadi perkembangan fetus di cavum abdomen setelah dinding uterus mengalami ruptur yang disebabkan karena trauma. Pada suatu kasus, kebuntingan ectopic pada kucing dilaporkan tidak mungkin ada anak kucing hidup di luar uterus, akan tetapi banyak kejadian yang melaporkan adanya mummifikasi dan maserasi fetus di cavum abdomen. Kebanyakan kebuntingan ectopic, fetusnya aseptik dan dapat menyebabkan gejala klinis pada kucing seperti gastrointestinal (vomitus anoreksia), urinari (hematuria, poliuria dan urinasi tidak pada litter box) dan juga adanya gejala yang tidak spesifik seperti depresi dan kelesuan. Diagnosa dilakukan dengan abdominal radiograpi atau USG. Treatment yang sering dilakukan yaitu dengan operasi untuk membuang jaringan fetus.


  torsi uteri 

Torsi satu atau kedua kornu uteri jarang terjadi pada induk kucing akan tetapi dapat terjadi pada kebuntingan akhir, pada minggu kelima sampai dengan partus. Torsi unilateral lebih sering ada, ini terjadi pada 93% dari kasus yang ada. Hal ini terjadi karena adanya aktivitas fetus atau gerakan dari induk yang menyebabkan kornu uteri berputar mengelilingi sepanjang axis. Derajat perubahan dari torsi uteri bervariasi mulai dari 180° sampai 900° dan akan menyebabkan gejala klinis yang bervariasi sesuai dengan derajat perubahan dari torsi uteri. Gejala klinis meliputi perubahan pada selaput lendir, hemoragi pada vulva, rasa sakit pada abdomen dan atau distensi abdomen, hypothermia, tachycardia dan kepucatan serta distokia. Kondisi tersebut didiagnosa dengan menggunakan USG pada abdomen. Diagnosa dapat diperkuat dengan USG menggunakan pengecatan Doppler atau dengan explorasi laparotomi. Opsi terakhir untuk treatment yaitu dengan operasi. 

*pustaka ada pada penulis


artikel terkait :
  1. Gejala Klinis dan Langkah Menentukan Diagnosa Gejala Peritonitis
  2. Diare ; Penyebab dan Mekanismenya
  3. Radang Mulut (Stomatitis) pada Hewan  
  4. Urolithiasis / Kencing Batu pada Anjing dan Kucing 
  5. Gejala, Patogenesa dan Diagnosa Radang Ginjal (Nephritis) pada Hewan
  6. Enteritis pada Hewan 
  7. Radang Lambung Pada Anjing dan Kucing (Gastritis pada Hewan Kecil)
  8. Kucing : Faktor Penyebab Keguguran
  9. Kucing : Karakteristik Kebuntingan Normal
  10. Kucing ; Kondisi Hormon pada Masa Kebuntingan