Pneumonia Enzootik pada Babi


Pneumonia enzootik pada babi adalah suatu penyakit yang dikenal pada babi hampir di seluruh dunia. Penyakit ini dikenal juga sebagai (Pneumonia Virus~VPP). Penamaan Pneumonia Virus ini sebenarnya adalah penamaan yang keliru, sebab penyebabnya bukan sejenis virus, tetapi sejenis bakteri yaitu Mycoplasma Pneumonia of Swine ( Pneumonia Mycoplasma Babi ). Dipercaya bahwa Mycoplasma hypopneumonia ae ini adalah penyebab utama pneumonia enzootika pada Babi di Inggris, meskipun kadang-kadang kasus ini juga dapat disebabkan oleh Mycoplasma hyorhinitis.

Mycoplasma hypopneumonia memiliki ukuran sekitar 200-500 nm dan akan terlihat pada pengecatan giemsa. Bakteri ini dapat dibiakkan pada complex media dengan kondisi mikroaerophilik ( 5-10 % carbon dioksida ) dan akan terbentuk koloni setelah 2-10 hari pada media solid. Dalam pembiakkan bakteri ini dibutuhkan cholesterol untuk pertumbuhan dan fermentasi glukosa, dan perlu diketahui bahwa bakteri ini tidak membutuhkan urea. Pneumonia Enzootika pada Babi disebabkan oleh Babi carrier yang menularkan ke babi-babi lain. Penyebaran Pneumonia Enzootika ini dapat melalui angin atau melalui kontak langsung dengan babi pembawa ( carrier ) bibit penyakit Pneumonia Enzootika ini. Pemindahan atau penularan penyakit yang biasanya lazim terjadi adalah dari induk ke anak dan antara sesama babi di peternakan. Pneumonia Enzootik ini merupakan salah satu contoh penakit dari salah satu jenis Pneumonia yaitu bronchopneumonia supurativa atau disebut juga radang paru-paru bernanah. Penyakit Pneumonia Enzootika ini bersifat kronis dengan morbiditas ( angka sakit-sakitan) yang tinggi dan mortalitas ( angka kematian ) rendah ( 1-5 % )



GEJALA KLINIS

Pada Babi yang menderita Pneumonia Enzootika akan menunjukkan gejala-gejala klinis sebagai berikut :

  • Babi yang menderita Pneumonia Enzootika biasanya menunjukkan gejala batuk kering yang berlangsung sangat lama yang tampak terdengar bila babi sedang dalam keadaan tenang
  • Pada bentuk akut biasanya pada babi segala umur cenderung menunjukkan gejala anoreksia, serta terjadi penekanan pada respirasi dengan disertai batuk. Pada beberpa babi dewasa biasanya 50 % mungkin mati sebelum gejala batuk terlihat.
  • Pada bentuk kronis, kebanyakan kasus, tanda klinik yang terlihat ringan. Biasanya infeksi menyerang babi muda umur 3-10 minggu. Tanda-tanda klinik akan berkembang dalam waktu 10-16 hari. Biasanya dimulai dengan diare dan batuk kering bersin-bersin terlihat pada anak babi yang masih menyusui, demam juga dapat terjadi.
  • Tanda klinik yang lain yaitu sela 2-3 hari yang pertama setelah infeksi, anak-anak babi umur 3 sampai 10 minggu mengalami diare ringan yang disertai dengan batuk. Diare itu biasanya tidak terlalu menarik perhatian ternak karena sifatnya ringan saja.
  • Pertumbuhan babi yang menderita penyakit ini akan terhambat, dan keadaan anak-anak dalam litter itu tidak tegar
  • Pada infeksi awal itu sifatnya ringan saja dan bila tidak ada komplikasi, mortalitasnya rendah( 1-5% )
  • Bila ada komplikasi sekunder dari organisme lain yaitu pasteurella akan menjadi cukup para dan menyebabkan banyak kerugian. Bila ada komplikasi sekunder biasanya nafsu makan babi yang terserang menrun, nafasnya susah, batuk dan temperatur tubuh meningkat dan babi semakin lemah.


PATOGENESIS
Mycobacterium hypopneumonia dapat menginfeksi secara inhalasi melalui udara. Selain itu infeksi Mycobacterium Pneumoniae juga dapat melalui kontak langsung dengan babi penderita pneumonia enzootika. Mycoplasma pneumonia yang telah menginfeksi akan tetap di saluran respirasi yang akan berlokasi pada silia sel dari trachea, bronchial dan bronchial epithelium. Mycobacterium ini akan berada di sana sampai periode berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan akan menyebabkan sederetan perubahan patologi. Pada proses terjadinya pneumonia mikoplasma, terdapat hiperplasi limfoid di sekitar jalan udara dan vasa yang berhubungan dengannya. Pada beberapa kasus noduli limfoid atau lembaran yang menutupi permukaan muskularis mukosa dan menyebabkan penyempitan lumen jalan udara. Centrum germinal kadang-kadang nampak. Epithelium di atas prominent nodul kadang mengalami ulserasi dan degenerasi. Di tempat lain terdapat hiperplasi , khususnya pada bronkhioli. Silia tidak terdapat/ hilang dari daerah permukaan ini. Terdapat hiperplasi dari sel goblet pada bronchus dan bronkhiolus yang lebih lebar, dan glandula submukosa bronkhial mengalami peningkatan jumlah dan ukuran. Peningkatan aktivitas sel yang mensekresi mukus, bertanggungjawab atas terdapatnya mukus atau mukopus dalam jumlah besar. Komponen alveolitis dari bronkhointestinal pneumonia terdiri atas penebalan yang melebar dari septa alveoli yang berdekatan sampai bronkhiolus dan akumulasi eksudat pada lumen. Septa alveolar menebal karena akumulasi dari limfosit dengan ukuran yang bervariasi dan sel plasma dalam jumlah yang sedikit. Eksudat intra alveolar terdiri dari makrofag predominan tapi juga sel plasma, limfosit, dan netrofil dalam jumlah yang bervariasi. Terdapat hiperplasia dari epitel alveolar tipe II dari alveolar yang meradang akibat perkembangan lesi. Ini bisa sulit untuk dideteksi secara histologis ketika arsitektur alveoli disamarkan oleh ketiadaan batas yang bisa dideteksi antara septa alveolar yang menebal dan lumen yang mengalami atelektase serta terisi eksudat.

Studi eksperimental dari patogenesis mikoplasmal pneumonia menunjukkan bahwa tipe gross lesions (lesi yang besar/banyak) tidak terjadi 2-4 minggu setelah infeksi. Tingkat perkembangan lesi tergantung dari faktor yang berhubungan dengan dosis dan strain dari Mycoplasma, metode administrasi, dan kepekaan babi yang terekspos. Inokulasi dari dari paru-paru yang terdapat mikoplasma di dalamnya adalah jalan yang lebih nyata dalam menyebabkan penyakit, sebagaimana juga menyebabkan mikoplasmosis pada sapi, kambing, dan domba. Pada babi muda yang secara alamiah terekspos aerosol infeksius segera setelah lahir dapat membentuk lesi pada saat berusia 3-5 minggu. Lesi inisiasi disebabkan oleh Mycoplasma, yang terdapat satu minggu setelah infeksi, adalah bronkchitis dan bronkhiolitis netrofilik, dan akumulasi dari makrofag dan netrofil pada perbatasan alveoli. Pengurangan jumlah netrofil dan peningkatan sel limfoid setelah beberapa minggu untuk mencapai stadium penuh dari konsolidasi, terdeskripsi lebih awal. Ada conflik tentang pneumonia yang menetap setelah mencapai puncak sekitar 5-6 minggu setelah infeksi. Estimasi jarak dari resolusi komplit yang esensial dari micoplasmal pneumonia uncomplecated (yang tidak rumut, masih sederhana) dalam 2 bulan hingga pada reduksi yang tidak terprediksikan pada perluasannya bahkan sampai 3 bulan. Dalam melihat sejumlah besar variabel dalam situasi experimental dan khususnya di lapangan, jarak yang lebar pada persistensi adalah diharapkan. Biasanya akan tampak lesi kecil yang berupa area berwarna merah kegelapan pada bagian anterior lobus paru-paru. Area ini lama-kelamaan akan meluas setelah 7 hari dan 13 hari setelah infeksi area yang melebar tersebut akan semakin menguat di bagian anterior lobus paru-paru. Mediastinal dan bronchial lymphonodus akan menjadi besar ( membengkak ). Tiga minggu setelah infeksi area yang menguat akan hilang dan berubah menjadi warna kemerah-merahan dan menjadi pucat sampai kelabu setelah infeksi minggu ke delapan.

Perubahan histologi pertama terjadi 3 hari setelah infeksi dengan adanya gabungan inflamasi dengan congesti pada kapiler septa alveoli dan adanya akumulasi polimorfonuklear pada jalan udara ( saluran ) serta lamina propria dari bronchioli. Lima hari sesudah infeksi, lymphocytes dan plasma sel. Perubahan selanjutnya meliputi proliferasi dari dari jaringan limphoid yang menyebabkan occlusi pada beberapa bronchiolus. Hypertrophy dari glandula bronchial terjadi disertai exudat yang berupa mucus dan sel mononuclear ditemukan pada saluran udara. Pneumonia enzootik merupakan salah satu contoh dari bronchopneumonia suputartif yang juga ditandai dengan konsistensi dari paru-paru adalah mengeras serta exsudat yang berupa purulen di dalam bronchi biasanya berakhir dari pneumonia ini adalah adanya abses kranioventral dari paru-paru, terjadi bronchiektasi serta terjadi hyperplasia. Pneumonia enzootika ini juga dapat menyebabkan pleuritis fibrinosa yang bersifat ringan.