Rabies / Anjing Gila

Rabies ditemukan di semua benua, kecuali Antartica. Di area tertentu di dunia, rabies anjing tetap merupakan endemik yang tinggi, diantaranya adalah (tetapi tidak terbatas pada) Brazil, Bolivia, Colombia, Ecuador, El Salvador, Guatemala, India, Mexico, Nepal, Peru, Philippines, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Penyakit ini juga ditemukan di anjing-anjing di hampir kebanyakan negara lain di Africa, Asia, dan America Tengah dan Selatan.
Oktober 2001, masih teringat betapa kewalahannya pemerintah daerah Bandung memberantas penyakit rabies. Ketika itu, personil dirasa kurang untuk melakukan eksekusi dan eliminasi anjing liar yang diperkirakan mencapai sepuluh ribu ekor. Padahal, tingkat kerawanan penyakit rabies di Kabupaten Bandung masih tinggi, tersebar di sekitar 25 kecamatan yang lokasinya terpencil. Personil yang ada saat itu hanyalah 25 orang. Padahal idealnya, 46 personil harus siap di tiap kecamatan. Kesulitan itu semakin bertambah, ketika kantor cabang dinas peternakan di tingkat kecamatan yang saat itu tidak masuk dalam susunan organisasi tata kerja (SOTK) Kabupaten Bandung, tidak berfungsi.
Di Jawa Barat sendiri, rabies pada hewan pertama kali ditemukan pada 1894 dan sampai sekarang masih belum dapat diberantas secara tuntas. Akibatnya, Jawa Barat adalah satu-satunya provinsi di Pulau Jawa yang belum bebas dari penyakit rabies.
Terakhir, wabah rabies terjadi di Ambon, pada 2003. Saat itu diperkirakan ada 500 kasus rabies yang diakibatkan gigitan hewan terhadap manusia, sepuluh korban (manusia) diantaranya meninggal dunia.
Rabies (penyakit anjing gila) yang biasanya dibawa oleh anjing, kucing, kelelewar, kera, musang dan serigala, bisa mempengaruhi sistem saraf pusat. Hewan-hewan itu termasuk berdarah panas, termasuk juga manusia (pria), sehingga mudah sekali terkena penyakit ini. Tapi, penyebaran penyakit antar manusia jarang sekali terjadi.


BAB II
PEMBAHASAN

 ETIOLOGI
Penyakit Rabies adalah penyakit zoonosis terpenting di Indonesia. Biasanya ditandai dengan sebuah encephalomyelitis maut yang akut disebabkan oleh virus neurotropik dari famili Rhabdoviridae, genus Lyssavirus, merupakan virus RNA negative berselubung dengan nukleokapsid heliks dan bentuk keseluruhan seperti peluru.dan hampir selalu disebarkan oleh gigitan binatang yang innoculate virus hingga luka dan dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. Infeksi virus dapat ditemukan pada semua golongan umur dan kedua jenis kelamin. Masa inkubasi bervariasi dan lama kesakitan (duration of illness) relatif pendek. Sangat jarang rabies disebarkan oleh karena bukan gigitan yang memasukkan virus kedalam luka yang terbuka atau selaput lendir.                                                                                                       
Penyakit berkembang dari fase prodromal yang tidak spesifik sampai paresis atau paralysis; kejang otot telan dapat terdorong oleh penglihatan, suara, atau melihat air (hydrophobia); kegilaan dan ledakan tawa dapat terjadi, diikuti dengan koma dan kematian. Semua mamalia diyakini rentan, tetapi gudangnya terdiri dari karnivora dan kelelawar. Sekalipun anjing merupakan gudang utama di negara-negara berkembang, epidemiologi penyakit ini cukup berbeda dari satu daerah atau negara dengan yang lain sehingga evaluasi medis harus memperhitungkan semua gigitan mamalia.
( Panton, 2004).

PATOGENESITAS
            Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan dekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterios tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Masa inkubasi bervariasi, beriksar antara 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada umumnya 3-8 minggu, tergantung dengan jarak yang harus ditempuh oleh virus sebelum mencapai otak.
Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron-neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak.
Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak ke arah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupaun saraf otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hampir tiap organ dan jaringan di dalam tubuh, dan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya.
Virus Rabies selain terdapat di susunan syaraf pusat, juga terdapat di air liur hewan penderita rabies. Oleh sebab itu penularan penyakit rabies pada manusia atau hewan lain melalui gigitan. Gejala-gejala rabies pada hewan timbul kurang lebih 2 minggu (10 hari - 8 minggu). Sedangkan pada manusia 2-3 minggu sampai 1 tahun. Masa tunas ini dapat lebih cepat atau lebih lama tergantung pada
  • Dalam dan parahnya luka bekas gigitan
  • Lokasi luka gigitan
  • Banyaknya syaraf disekitar luka gigitan.
  • Pathogenitas dan jumlah virus yang masuk melalui gigitan.
  • Jumlah luka gigitan.

GEJALA KLINIS
Tanda-tanda penyakit rabies pada hewan
Gejala atau tanda-tanda yang terlihat pada kucing, seperti :
-          Menyembunyikan diri.
-          Banyak mengeong.
-          Mencakar-cakar lantai.
-          Menjadi agresif.
-          2 - 4 hari setelah gejala pertama biasa terjadi kelumpuhan, terutama di bagian belakang.



Secara garis besar gejala penyakit dikenal dalam 3 bentuk :
  1. Bentuk ganas (Furious rabies)
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda terlihat.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
-          Hewan menjadi penakut atau menjadi galak.
-          Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat menjadi agresif .
-          Tidak menurut perintah majikannya.
-          Nafsu makan hilang.
-          Air liur meleleh tak terkendali.
-          Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang, benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
-          Menyerang dan menggigit barang bergerak apa saja yang dijumpai.
-          Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan.
-          Ekor diantara 2 (dua) paha.
  1. Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.
Tanda- tanda yang sering terlihat :
-          Bersembunyi di temapat yang gelap dan sejuk
-          Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahakan sering tidak terlihat.
-          Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka.
-          Air liur keluar terus menerus (berlebihan).
-          Mati.
  1. Bentuk Asymtomatis
-          Hewan tidak menunjukkan gejala sakit.
-          Hewan tiba-tiba mati




Tanda-tanda penyakit rabies pada manusia
            Pada manusia yang penting diperhatikan adalah riwayat gigitan dari hewan seperti anjing, kucing dan kera.
Secara klinis, gejala rabies dibedakan menjadi:
  1. Stadium Prodromal. Gejala awal berupa demam, sakit kepala, malaise, sakit tulang, kehilangan nafsu makan, mual, rasa nyeri di tenggorokan, batuk dan kelelahan luar biasa selama beberapa hari (1-4 hari). Gejala-gejala ini merupakan gejala yang spesifik dari orang yang terinfeksi virus rabies yang muncul 1-2 bulan setelah gigitan hewan pembawa virus rabies.
  2. Stadium Sensoris. Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka gigitan. Kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensorik.
  3. Stadium Eksitasi. Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi. Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya macam-macam fobia, yang sangat sering diantaranya hidrofobi (takut air). Kontraksi otot-otot faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsang sensorik seperti meniupkan udara ke muka penderita atau menjatuhkan sinar ke mata atau dengan menepuk tangan di dekat telinga penderita. Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis, konvulsan dan takikardi. Tindak-tanduk penderita tidak rasional kadang-kadang maniakal disertai dengan saat-saat responsif. Gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal, tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemas, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.
  4. Stadium paralisis. Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot yang bersifat asendens, yang selanjutnya meninggal karena kelumpuhan otot-otot pernapasan. Tanpa perawatan serius, kematian dapat terjadi 4-20 hari setelah gejala-gejala muncul. Inkubasi dari infeksi rabies ini umumnya terjadi dalam waktu 1-2 bulan setelah kejadian, walau rentang waktunya 10 hari sampai satu tahun.

        Biasanya penderita akan meninggal 4-6 hari setelah gejala klinis atau tanda-tanda penyakit pertama timbul.
       
DIAGNOSA
  • Berdasarkan gejala klinis
  • Berdasarkan uji laboratorik, seperti :
1.      Pemeriksan mikroskopis, dilakukan menurut pewarnaan Seller pada hypocampus untuk menemukan negri body. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu 5 – 10 menit dengan spesifitas hamper 100% tapi sensitivitasnya rendah sampai dengan 30%.
2.      FAT (Flourescent Antibody Test)

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
§  Langaah yang perlu dikerjakan apabila digigit hewan yang menderita rabies
        Apabila seseorang digigit hewan yang tersangka rabies, maka tindakan yang harus      diambil adalah :
-          Mencuci luka gigitan dengan sabun ata dengan deterjen selama 5-10 menit dibawah air mengalir/diguyur. Kemudian luka diberi alkohol 70% atau Yodium tincture. Setelah itu pergi secepatnya ke Puskesmas atau Dokter yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan sementara sambil menunggu hasil dari rumah observasi hewan.
-          Laporkan kepada petugas Dinas Peternakan setempat tentang kasus penggigitan tersebut.
       




§  Tindakan yang perlu dilakukan agar hewan kesayangan kita (anjing, kucing, kera) tidak terkena rabies
-          Memelihara hewan piaraan dengan baik.
-          Membawa hewan ke Suku Dinas Peternakan dan Perikanan setempat atau dokter hewan praktek, untuk mendapatkan vaksinasi anti rabies secara teratur 1-2 kali setahun tergantung jenis vaksin yang digunakan.
-          Setelah hewan tersebut divaksin, mintalah surat keterangan vaksinasi.
-          Melaporkan kepemilikannya kepada Suku Dinas Peternakan dan Perikanan/ Petugas Peternakan Kecamatan.
-          Anjing, kucing, kera peliharaan sebaiknya jangan dilepas keluar pekarangan.
-          Bilamana akan membawa hewan piaraan keluar pekarangan rumah, harus diikat dengan rantai sepanjang-panjangnya 2 m serta dipasang berangus.
       
§  Peraturan perundang-undangan tentang rabies         
-          Sejak tahun 1926 pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang rabies pada anjing, kucing, dan kera. Yaitu Hondsdol heid Ordonantie Staatblad No. 452 tahun 1926 dan pelaksanaannya termuat dalam Staatblad No. 452 tahun 1926.
Berhasil tidaknya usaha pengendalian penyakit rabies sangat erat hubungannya dengan kesadaran, pengetahuan dan partisipasi masyarakat disekitarnya.

PENGOBATAN
§  Terhadap luka resiko rendah diberi VAR saja. Yang termasuk luka tidak berbahaya adalah jilatan pada kulit luka, garukan atau lecet (erosi atau ekskoriasi),luka kecil disekitar tangan,badan dan kaki.

§  Terhadap luka resiko tinggi, selain VAR juga diberi SAR. Yang termasuk luka berbahaya adalah jilatan atau luka pada mukosa, luka di atas daerah bahu (muka, kepala, leher), luka pada jari tangan atau kaki, genetalia, luka yang lebar atau dalam dan luka yang banyak (multipel).

§  Untuk kontak (dengan air liur atau saliva hewan tersangka atau hewan rabies atau penderita rabies) tapi tidak ada luka, kontak tak langsung, tidak ada kontak, tidak perlu diberikan pengobatan. Kontak dengan air liur pada kulit luka yang tidak berbahaya, diberikan VAR. Sementara untuk kulit dengan luka berbahaya diberikan VAR dan SAR.
Sementara itu, perawatan rabies pada manusia bisa dilakukan, antara lain:
a.       Penderita dirujuk ke Rumah Sakit
b.      Sebelum dirujuk, penderita di infus dengan cairan Ringer Laktat (NACl 0,9%)    atau cairan infus lainnya, jika perlu diberikan anti konvulsan dan sebaiknya penderita difiksasi selama perjalanan. Waspada terhadap tindak-tanduk penderita yang tidak rasional,
c.       Dirumah sakit, penderita harus dirawat diruang isolasi
d.      Tindakan medik dan pemberian obat-obat simptomatis dan supportif termasuk antibiotic bila diperlukan
e.       Untuk menghindari adanya kemungkinan penularan dari penderita, sewaktu menangani kasus rabies pada manusia, dokter, paramedis, anggota keluarga memakai sarung tangan, kaca mata dan masker, serta sebaiknya dilakukan fiksasi penderita pada tempat tidur.
§  Jadi, virus rabies dapat ditangkal dengan melakukan vaksinasi seperti vaksin Rab Avert. Pada manusia, vaksin ini rutin diberikan kepada orang-orang yang pekerjaannya beresiko tinggi seperti dokter hewan, pawang binatang, peneliti khusus hewan dan lainnya. Orang yang akan bepergian ke daerah-daerah yang dianggap beresiko tinggi dianjurkan untuk mendapat vaksin ini sebelum bepergian. Untuk orang yang tiba-tiba digigit atau dicakar hewan pembawa virus rabies ini akan mendapat serangkaian vaksinasi Human Deploid Cell dan Human Rabies Immune Globulin. Karena anjing, kucing dan musang dan terinfeksi virus rabies, hal terpenting adalah mencegah kuman rabies masuk ke dalam tubuh dengan memberikan vaksinasi kepada hewan-hewan peliharaan yang tinggal bersama kita. Kita juga harus melaporkan hewan-hewan liar yang berkeliaran di sekitar lingkungan rumah kepada pihak yang berwenang. Untuk itu, jangan sembarangan membiarkan anak anda untuk menyentuh, membelai-belai atau memberi makan hewan yang ditemuinya di jalan.

Sumber :
*ada pada penulis